Identifikasi Novel Karya Pramoedya Ananta Toer
Judul : Larasati
Pengarang : Pramoedya Ananta Toer
Penerbitan : Jakarta: Lentera Dipantara
Tahun
Terbit : 2003
Cetakan : II
Tebal
Halaman : 180 hlm.; 13x20 cm
ISBN : 979-97312-9-5
Jenis : Novel Sejarah
Sinopsis
Novel "Larasati" karya Pramoedya Ananta Toer adalah sebuah karya sastra roman yang menggambarkan perjuangan pasca proklamasi Indonesia melalui mata seorang wanita. Novel ini pertama kali diterbitkan sebagai cerita bersambung dalam lampiran budaya Lentera pada surat kabar Bintang Timur, 2 April 1960 s/d 17 Mei 1960. Larasati, atau Ara, adalah tokoh utama dalam novel ini. Dia adalah seorang bintang film yang dikenal oleh banyak orang. Ara berasal dari Yogyakarta dan pergi ke Jakarta pada masa pendudukan NICA untuk bertemu dengan ibunya. Dia berangkat ke Jakarta dengan surat pengantar yang dibuatkan oleh Kapten Oding, seseorang yang berhasil menawan hatinya.
Digambarkan bagaimana kehidupan
Ara sebagai bintang film di daerah pedalaman Yogyakarta berbanding terbalik
ketika ia tiba di Jakarta. Dalam perjalanannya menuju Jakarta, Ara berinteraksi
dengan berbagai karakter yang mewakili semangat revolusi dan kegembiraan
pemuda-pemuda Indonesia pada saat itu. Dimana para pemuda-pemuda tersebut
memiliki kekaguman yang besar pada seorang Ara, seorang prajurit front memberinya
selendang merah sebagai tanda mata dan tanda semangat yang membara.
Pada perjalanan selanjutnya, Ara bertemu
dengan Mardjohan, seorang penyiar radio dari masa pendudukan Jepang, dan
atasannya, Kolonel Surjo Sentono. Surjo berniat menggunakan Ara sebagai alat
propaganda Belanda, tetapi Ara menolak karena dia memihak Republik. Kemudian, Surjo
memerintahkan Ara untuk mengunjungi penjara bersama Mardjohan yang diantar oleh
sopirnya, Martabat. Selama perjalanan, Mardjohan mencoba meyakinkan Ara untuk
menerima ajakan Surjo Sentono, sementara Martabat diam-diam mendengarkan pembicaraan
mereka. Ara tetap menolak dan saat mereka tiba di penjara, Ara melihat Ketut
Suratna yang sedang sekarat dimana ia ternyata adalah ajudan Surjo.
Singkat cerita, Ara dan Martabat
berhasil melarikan diri dari penjara. Martabat mengantar Ara ke kampungnya, di
mana Ara mengetahui bahwa Martabat sebenarnya mendukung Republik. Di kampung,
Ara bertemu dengan Kakek Mo, istrinya, dan ibunya yang bekerja untuk seorang
Arab bernama Jusman. Jusman tertarik pada Ara, namun Ara tidak tertarik padanya
karena dia hanya mencintai revolusi. Lambat laun, Ara dan Martabat dicurigai
sebagai mata-mata Belanda oleh pemuda di kampung, tetapi mereka berhasil
meyakinkan mereka bahwa mereka mendukung Republik.
Selama di kampung, Ara juga
bertemu dengan Chaidir, seorang penyair revolusi yang berapi-api. Disisi lain,
Jusman mencoba mendapatkan Ara, tetapi Ara menolaknya lagi. Jusman menjadikan
Ara sebagai wanitanya dengan cara menyuruh Lasmidjah tidak boleh pulang
sehingga Ara menyerah. Tidak lama setelah itu, Ara jatuh sakit, Jusman sendiri
masih menawarkan pernikahan kepadanya tapi untuk sekian kali Jusman ditolak.
Penolakan tersebut adalah titik akhir Jusman dimana ia memilih menyerah dan
pergi meninggalkan Ara. Waktu berlalu, KMB dimulai dan revolusi menang dan Ara bertemu
dengan Kapten Oding dan memilih menikah
dengannya juga, Lasmidjah, ibu Ara, tinggal bersama mereka.
Novel ini memberikan gambaran
tentang perjuangan memperjuangkan revolusi dari sudut pandang yang berbeda,
yaitu seorang bintang film. Melalui novel ini, pembaca dapat memahami sudut
pandang seorang yang mungkin saja tidak peduli terhadap tanah airnya, tetapi
ternyata dia berada di garda terdepan dalam perjuangan melawan penjajah.
Buku-buku karya Pramoedya selalu
menyenangkan untuk dibaca. Dia selalu menghadirkan alur cerita yang ketat, yang
membuat pembaca tetap fokus dari awal hingga akhir. Namun, gaya bahasa dalam
novel ini mungkin akan sulit dipahami oleh pembaca generasi milenial.
Dalam konteks sejarah politik
Indonesia, novel ini secara langsung berkaitan dengan manifestasi politik
Indonesia yang meliputi: (1) struktur ideologi yang digunakan untuk memperkuat
kekuatan berbasis negara, dan (2) praktik diskursif, bahasa politik yang
mengacu pada konstruksi pengetahuan melalui bahasa yang memberi makna pada segi
material dan praktik sosial-politik yang melingkupinya.
Secara keseluruhan,
"Larasati" adalah sebuah novel yang menggambarkan perjuangan seorang
wanita dalam menghadapi penjajahan dan berjuang untuk negaranya. Novel ini
memberikan gambaran tentang bagaimana seorang bintang film bisa menjadi pejuang
revolusi dan berjuang untuk negaranya. Meskipun gaya bahasanya mungkin sulit
dipahami oleh generasi milenial, novel ini tetap layak dibaca untuk memahami
perjuangan pasca proklamasi Indonesia.
Analisis
Novel ini termasuk novel sejarah. Novel
sejarah adalah jenis novel yang latar belakang ceritanya berdasarkan peristiwa
sejarah yang nyata. Dalam novel ini, Pramoedya Ananta Toer menggambarkan
perjuangan pasca proklamasi Indonesia, yang merupakan bagian penting dari
sejarah negara tersebut. Karakter utama, Larasati, adalah seorang bintang film
yang menjadi pejuang revolusi. Melalui cerita Larasati, pembaca diajak untuk
memahami dan merasakan suasana dan perjuangan pada masa tersebut. Oleh karena
itu, "Larasati" dapat dianggap sebagai novel sejarah karena
menggabungkan fakta sejarah dengan narasi fiksi.
Namun, perlu diingat bahwa
meskipun novel sejarah berdasarkan peristiwa nyata, penulis memiliki kebebasan
dalam menginterpretasikan dan menggambarkan peristiwa tersebut. Oleh karena
itu, novel sejarah seperti "Larasati" harus dibaca sebagai karya seni
dan interpretasi penulis, bukan sebagai catatan sejarah yang akurat.
0 Response to "Identifikasi Novel Karya Pramoedya Ananta Toer"
Posting Komentar