Sang Prema dalam Diam

Di bawah gemerlap bintang, sebuah narasi cinta mulai tersungkur, mencerminkan drama kosmik antara dewa dan dewi. Berlayar melintasi samudra hati, puisi ini dibuat untuk mengajak pembaca menyelami kedalaman rasa, di mana cinta merupakan persembahan terindah antara jiwa yang berbeda namun saling melengkapi. Tiap kata menari, menceritakan tentang perjalanan mencari kehangatan, dan akhirnya menemukan tempat berlabuh di taman rasa, tempat cinta bersemi tanpa akhir.


Potret kebersamaan (DocPribadi/Deepna)

Di penjuru hati, sebuah saga Apsara berdansa,
Rayuan Kama di malam purnama merajalela,
Layaknya Surya dan Chandra, kita berbeda,
Namun, premanya, cinta kita, mengalir bagaikan Ganga tanpa cela.

Dalam ekaantataa, kesendirianku, namamu kuderas
Sebagai mantra suci, mendamaikan samudra jiwaku yang resah.
Engkau seperti Vayu, tak terlihat namun hadir merasuk,
Menghembuskan kehangatan di musim sarat rindu.

Kitab-kitab suci menyebutnya Sang Prema yang abadi,
Dimana dua jiwa bertemu dalam tarian suci Anuraga.
Seperti Krishna dengan Radha, cinta kita tak bertepian,
Berlabuh dalam taman rasa, menanti momen untuk bersatuan.

Mahaswara hatimu, melodi yang aku rindukan,
Senandung Saraswati yang meneduhkan,
Engkau Swaha dalam Yajna cintaku, persembahan terindah,
Dalam agnihotra perasaan, kita membumbung bersama.

Namun, di antara seribu bintang, aku hanya bisa berbisik,
Dalam lakhu kata, semoga sanskerta cinta ini sampai ke kalbimu.
Di persembahan madhur sujud prema, aku menunggu,
Hingga saumya, kau mengerti, dan bersama menapaki Ananda yang sesungguhnya.

Di Pramudita, dalam suka, cinta kita bersemi,
Mengukir kisah para dewa, dalam syair manusiawi.
Ah, Sang Prema Dalam Diam, sebuah rasa tiada tara,
Berharap kau merasakannya, sebelum kata menjadi nyata.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sang Prema dalam Diam"

Posting Komentar